Pages

Welcome

Hope you'll find what you looking for :)

Kamis, 30 April 2015

5. PDB, Pertumbuhan dan Perubahan Struktur Ekonomi 5.3. Pertumbuhan Ekonomi selama orde baru hingga saat ini

5. PDB, Pertumbuhan dan Perubahan Struktur Ekonomi
5.3. Pertumbuhan Ekonomi selama orde baru hingga saat ini

Ketika orde baru mulai dengan pemerintahannya di tahun 1966, ekonomi Indonesia dalam keadaan porak poranda. Antara tahun 1962 sampai 1966, pertumbuhan PDB hanya 2 % per tahun, yang lebih kecil daripada pertumbuhan penduduk, sehingga pendapatan nasional per kapita menurun. Investasi dalam % dari PDB, yang sangat strategis artinya bagi pertumbuhan ekonomi menurun. Infra struktur dalam bidang transportasi, komunikasi, irigasi dan kelistrikan memburuk. Anggaran negara yang selalu defisit, ditambah dengan defisit dalam neraca pembayaran menyebabkan menyusutnya cadangan devisa. Di tahun 1962 defisit anggaran negara 63 %, yang meningkat menjadi 127 % di tahun 1966.
Defisit ganda dari anggaran negara dan neraca pembayaran juga mengakibatkan hiper inflasi. Di tahun 1966, inflasinya mencapai 635 %.Pemerintah yang tidak cukup mempunyai cadangan devisa melakukan penjatahan dalam penjualan devisa, sehingga timbul pasar gelap untuk valuta asing dengan perbandingan harga antara pasar gelap dan kurs resmi dengan 2 sampai 3 kali lipat. Perbedaan ini terus meningkat sampai pernah mencapai 10 kali lipat.Dalam keadaan yang demikian, dengan sendirinya orang tidak mau memegang rupiah. Rupiah segera dijadikan barang yang harganya setiap hari meningkat. Maka dunia perbankan tidak berfungsi, karena tidak ada orang yang menyimpan uang di bank. Pelarian modal ke luar negeri dan spekulasi adalah kegiatan sehari-hari dari para anggota masyarakat kita.
Dengan kondisi perekonomian yang porak poranda seperti tergambarkan di atas, pemerintah tidak dapat langsung menyusun paket pertumbuhan ekonomi sebelum konsolidasi dan rehabilitasi. Yang pertama-tama ditanggulangi adalah penekanan inflasi. Caranya dengan menyeimbangkan anggaran negara. Uang beredar diturunkan melalui pemberian bunga yang sangat tinggi untuk deposito berjangka pada bank-bank milik negara, yaitu 60 % setahun. Asal usul deposito tidak dapat disusut. Deposito dan tabungan di bank-bank BUMN yang di tahun 1962 hanya Rp. 5,- milyar, meningkat menjadi Rp. 34,- milyar di tahun 1969, dan meningkat terus menjadi Rp. 122,- milyar di tahun 1972. Sekarang, atau untuk tahun 1996, jumlah tabungan dan deposito dalam perbankan keseluruhan, baik BUMN maupun bank-bank swasta lainnya mencapai angka 172,7 trilyun.
Sistem lalu lintas devisa dibuat bebas. Penentuan kurs rupiah terhadap valuta asing, terutama dollar AS, dipertahankan pada kurs tertentu dengan dollar AS, yang stabilitasnya dijamin oleh BI. Setelah itu, diambangkan secara terkendali, yang sebanyak mungkin diserahkan pada mekanisme pasar, dengan stabilisasi melalui intervensi oleh Bank Indonesia.Utang-utang luar negeri dijadualkan kembali. Negara-negara kreditur tidak hanyabersedia menjadualkannya kembali, tetapi mereka juga membentuk konsorsium untuk memberikan utang kepada Indonesia. Kelompok ini terkenal dengan nama Inter Governmental Group on Indonesia atau IGGI. Setelah terjadi ketegangan dengan pemerintah Belanda, dan mengeluarkannya, nama kelompok negara- negara donor tanpa Belanda menjadi Consultative Group on Indonesia atau CGI.
Setelah tahap konsolidasi dilampaui, pemerintah mulai dengan program meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang cepat. Dari pihak pemerintah, pemompaan daya beli pada masyarakat dilakukan melalui pembangunan infrastruktur secara besar-besaran. Investasi dari sektor swasta, baik yang domestik maupun asing dipacu dengan berbagai insentif seperti yang tertuang di dalam Undang-Undang nomor 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA) dan Undang-Undang nomor 6 tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).Pemerintah orde baru dapat melakukan pembangunan ekonomi dengan stabilitas politik yang kokoh. Stabilitas politik diserahkan kepada ABRI, yang memberlakukan security approach, sedangkan pembangunan ekonomi diserahkan kepada para profesional, yang kebanyakan bukan politisi. Dengan bantuan dari lembaga-lembaga internasional, baik dalam nasihat maupun dukungan dana, pembangunan selama orde baru telah membuahkan hasil yang gemilang.
Pertumbuhan ekonomi antara tahun 1970 sampai tahun 1996 berfluktuasi antara yang paling rendah 2,25 % di tahun 1982, 2,26 % di tahun 1985 dan 3,21 % ditahun 1986. Pertumbuhan pernah mencapai 14,6 % di tahun 1987 yang merupakan perkecualian. Pada umumnya pertumbuhan berfluktuasi antara 6 sampai 8 %. Pertumbuhan rata-rata dari 1969 sampai 1997 adalah 6,9 %. Ini adalah sebuah prestasi yang mengagumkan banyak negara-negara maju dan lembaga-lembaga internasional. Dengan pertumbuhan penduduk yang rata-rata 2 % setahun, pertumbuhan pendapatan nasional per kapita mengalami kemajuan dari $ 76,- di tahun 1971 menjadi $ 1.136 di tahun 1996.
Sejak tahun 1970, inflasi terrendah adalah di tahun l985 sebesar 4,7 %, dan inflasi tertinggi di tahun 1974 sebesar 40,6 %, dengan rata-rata inflasi sebesarl2,26 % Kalau sejak tahun 1974, ekspor migas selalu di atas 70 % dari keseluruhan ekspor, dan bahkan pernah mencapai 82,4 % di tahun 1982, maka sekarang, di tahun 1996 ekspor minyak bumi dan gas alam hanya merupakan 23,5 % saja dari keseluruhan ekspor. Ini berarti bahwa ketergantungan kita pada migas sangat berkurang. Dengan produksi migas yang tidak menyusut, perbandingan ini menunjukkan betapa industrialisasi telah meningkat pesat. Di tahun 1968 sumbangan sektor pertanian terhadap pembentukan PDB adalah 51 %, sedangkan sumbangan industri manufaktur hanya 8,5 %. Dengan produksi pertanian yang tidak menyusut, sumbangan sektor industri manufaktur terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto di tahun 1996 sudah meninggalkan sektor pertanian, karena sudah merupakan 25,5 %, sedangkan sumbangan sektor pertanian 16,5 %. Ini berarti bahwa perekonomian telah mengalami modernisasi dan transformasi dari berat pertanian pada berat industrialisasi, tanpa pertaniannya menjadi lemah. Target pemerintah meningkatkan industrialisasi berdasarkan atas pertanian yang kuat telah menunjukkan hasil yang menggembirakan.
Sejak tahun 1970, ekspor non migas mengalami kenaikan dari $ 475,- juta ditahun 1966 menjadi $ 38,093 milyar di tahun 1996. Pertumbuhan ekonomi di indonesia ini mencapai 6% tahun ini, menurut BI ( bank Indonesia), ekonomi Indonesia mencapai 5,5-6% pada tahun ini meningkat menjadi 6-6,5% pada tahun 2011dengan demikian prospek ekonomi indonesia semakin bagus. perbaikan ekonomi indonesia bersumber dari sisi eksternal sejalan dengan pemulihan ekonomi global pada saat ini, seperty ekspor yang mencatatat pertunjukan yang sangat positif, dan lebih baik lagi berbaremgan dengan impor yang akan lebih baik lagi dan berdapak bagus di dalam amupun di luar negeri. selain didukung perkembangan ekonomi global dan domestik yang membaik menurut BI (bank Indonesia) ekonomi tahun depan juga disongkoh konsumsi rumah tangga yang kuat, peningkatan sektor eksternal, dan peningkatan investasi, kata Gubernur BI Darma nasution di jakarta.


0 komentar:

Posting Komentar